DUNIA ADALAH PERMAINAN
Sebuah ungkapan yang kita pernah dengar atau bahkan sudah seringkali kita merasakannya. Apa maksud dengan ungkapan tersebut..? Maksud ungkapan tersebut yang saya tangkap adalah bahwa kehidupan yang kita jalani ini bagai sebuah permainan, di mana kita sedang bermain di dalamnya. Ada rasa senang, bahagia dan tertawa saat kita memenangkan permainan atau rasa sedih, manyun, kecewa, bahkan marah pada saat kita kalah dalam bermain. Sebagian dari kita mungkin menganggap ungkapan tersebut hanya sebuah untaikan kata-kata bermakna sisi filosofis. Tapi saya akan mencoba mengungkap sedikit rahasia bahwa ungkapan tersebut bukan hanya ungkapan orang bijak (filsuf) semata, namun sedikit-banyak bisa kita buktikan bahwa kita memang sedang ‘bermain’ dalam sebuah dunia simulasi yang sangat kompleks dan lengkap jika dilihat dari struktur dan hasil dari program yang dipakainya dengan membuka rahasia di balik teknologi 3D virtual reality dan rahasia otak manusia.
Menurut penemuan-penemuan ilmiah teknologi modern menunjukkan bahwa ‘dunia luar’ alam semesta yang kita rasakan sebenarnya adalah hasil dari kerja otak yang telah distimulasi oleh sinyal-sinyal elektrik yang dikirimkan oleh organ-organ indera kita.Marilah kita simak bagaimana indera kita bekerja.
Sebagai contohnya, kita teliti bagaimana kita melihat. Pekerjaan melihat berlangsung secara progresif. Sekumpulan cahaya (foton) berjalan dari objek ke mata melalui lensa yang berada di depan mata di mana mreka direfraksikan dan jatuh terbalik pada retina yang terletak di bagian mata. Di sini, cahaya yang menimpa retina diubah menjadi sinyal-sinyal elektrik yang kemudian ditransmisikan oleh neuron ke sebuah titik kecil yang disebut sebagai pusat penglihatan di belakang otak. Pekerjaan melihat sebenarnya berlangsung di titik kecil ini yang gelap gulita dan terisolasi dari cahaya.
Pekerjaan melihat ini persis sebagaimana cam recorder bekerja untuk merekam ‘dunia luar’ lalu ditampilkan dalam sebuah layar (pusat penglihatan). Begitu juga ‘pekerjaan’ yang lain sebagaimana kita mendengar suara, merasakan rasa di lidah, mencium bau dan merasakan panas, dingin, lembut, kasar dan rasa sakit pada tubuh. Setiap indera berfungsi sebagai pemasok informasi kepada otak.
Sedangkan otak berfungsi sebagai ‘alat perekam’ semua informasi itu lalu ditransmisikan oleh neuron ke titik-titik pusat penglihatan, pusat pendengaran, pusat penciuman, pusat pengecap rasa, pusat perabaan dan pusat rasa lain―misalnya rasa lapar, haus, kenyang dan kembung.
Jika salah satu atau sebagian syaraf-syaraf titik-titik pusat penginderaan ini putus atau rusak maka kita tidak akan merasakan dunia sebagaimana yang kita anggap ada! Artinya bahwa keseluruhan dunia yang kita rasakan ini―yang sebenarnya berada di dalam otak kita berupa sinyal-sinyal listrik― tidak lebih daripada dunia persepsi.
Menyadari hal ini, Bergson dalam bukunya Matter and Memory (Zone Books, New York, 1991), dalam kesimpulannya mengatakan: “Dunia dibangun dari gambaran-gambaran, gambaran-gambaran ini hanya berada dalam kesadaran kita; dan otak adalah salah satu dari gambaran-gambaran ini”. Kesimpulan dari pembahasan kerja otak di atas, menunjukkan bahwa materi tidaklah mutlak harus ada agar dapat membentuk sebuah dunia
Contoh nyata adalah dunia dalam mimpi di mana seseorang memiliki tubuh maya yang hidup dalam alam maya, persis sebagaimana kita jika sedang bermain game CS, Vietcong maupun Doom III.
Artinya bahwa hakikatnya kehidupan dunia yang kita jalani ini adalah ilusi. Salah Satu ayat Al-Qur’an menerangkan kenyataan ini:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia adalah main-main dan senang-senang, perhiasan dan bermegah-megah diantara kalian tentang banyaknya harta dan anak. …Dan tidak ada hidup di dunia ini, kecuali kesenangan, yang sebenarnya tipuan belaka. (Al-Hadid/57: 20)
Benang merah yang bisa diambil dari penjelasan tersebut adalah sebenarnya kita seperti bermain dalam lingkungan dunia simulasi seperti permainan komputer yang disebutkan di atas.
Kemudian timbul pertanyaan; siapa yang mengamati dan ‘bermain’ dalam simulasi (alam dunia) ini ?
Sesuatu itu adalah ‘jiwa’ (ruh)
Sebagai analoginya, sebenarnya diri kitalah yang menjadi ‘jiwa’ dari tubuh maya dalam permainan CS, Vietcong atau Doom III, yang memiliki pikiran, hasrat dan emosi.
Lalu siapa yang membuat ‘program’ alam dunia yang kita jalani ini? Kekuatan Yang Maha Agung itu adalah Allah SWT. Dialah yang membuat ‘program’ alam dunia untuk kita (si jiwa), agar alam dunia terus-menerus berlangsung layaknya ada sebuah mesin simulator buatan-Nya. Dalam sebuah ayat Al-Qur’an tertulis:
Sesungguhnya, Allah menahan langit dan bumi supaya tidak lenyap; dan sungguh kalau keduanya lenyap, tak ada seorangpun dapat mempertahankan keduanya selain Dia. Sesungguhnya, Dia Maha Penyantun (lagi) Maha Pengampun. (Al-Fathir/35: 41)
Setelah kita mengetahui hakikat dari ‘dunia luar’ atau alam dunia, maka apakah tujuan dari diciptakannya alam dunia ini? Sebenarnya tujuan manusia adalah beribadah (mengabdi) kepada Allah, seperti di surat Az-Zariyat ayat 56:
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada Ku.
Marilah kita simak terjemahan sebuah ayat Al-Qur’an di surat lain yang berbunyi:
Dan (ingatlah) ketika ketika Rabbmu melahirkan keturunan anak Adam dari tulang rusuknya dan menyuruh mereka bersaksi atas diri (jiwa) mereka (atas pertanyaan Allah): “Bukankah Aku Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul, kami menjadi saksi.” Agar di hari kiamat nanti kamu tidak berkata: “Kami adalah orang-orang yang lengah (tidak tahu) hal itu”. (Q.S. AL-A’raf/7: 172)
Menurut keterangan beberapa terjemahan atau tafsir, ayat tersebut mengisahkan sejarah bahwa sebelum manusia ada di alam dunia, mereka telah bersaksi kepada Allah bahwa mereka mengakui bahwa hanyalah Allah sebagai Rabb, yang bermakna sebagai pencipta, pengatur, pengayom, pemelihara mereka semua. Artinya jika diambil hubungan antara dua ayat di atas, bisa kita ambil suatu garis bahwa alam dunia yang dijalani jiwa manusia adalah sebuah alam ‘simulasi’ untuk mengujinya apakah ia berkhianat atas persaksian mereka atau tetap tunduk sebagai hambaNya dengan cara mengabdi kepadaNya (Allah). Beberapa ayat dalam Al-Qur’an menerangkan hal ini:
…Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah menjadikan kalian umat yang satu, tetapi Allah hendak menguji kamu tentang peraturan yang diturunkan-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah kamu membuat kebajikan. Kepada Allah-lah tempat kembali kamu semua. Maka Allah memberitahukan kepadamu tentang apa-apa yang kalian perselisihkan. (Q.S. Al-Maidah/5: 48) Apakah manusia mengira, bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja, karena mereka berkata: “Kami telah beriman”, (lalu) mereka tidak akan diuji? Dan sungguh telah Kami uji orang-orang terdahulu sebelum mereka (umat Muhammad). Maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar (imannya) dan sungguh mengetahui orang-orang yang berdusta (imannya). (Q.S. Al-‘Ankabut/29: 2-3)
…Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai ujian bagi sebagian yang lain. Apakah kamu sabar menerimanya? Dan Rabbmu, Maha Melihat. (Q.S. AL-Furqon/25:20)
Ya.. dunia ini adalah ujian untuk kita, apakah kita beriman atau ingkar? Apakah kita bersyukur atau kufur? Apakah kita ta’at atau menolak hukum-hukumNya? Apakah kita bersabar atau frustasi menghadapi takdirNya? Itulah kehidupan di alam dunia sebenarnya.
Seperti yang sudah tertulis di atas bahwa hakikat alam dunia yang berfungsi sebagai ujian untuk manusia, lalu apa tujuan akhir dalam dunia ujian ini?
Saya akan mencoba menjawab terlebih dahulu dengan menganalogikan suatu kejadian yang konsepnya sudah saya bahas di paragraf sebelumnya. Di era digitalisasi sekarang ini, makin mudah saja manusia untuk merasai hidup di ‘alam dunia’ yang berbeda. Contohnya seorang calon pilot sebelum mengawaki sebuah pesawat terbang sesungguhnya terlebih dahulu ia mengawaki pesawat dalam dunia maya (lingkungan 3D virtual) dengan menggunakan mesin simulator.
Tujuannya agar ia bisa mengawaki pesawat terbang sesungguhnya di alam yang nyata pula. Begitu pula dengan kita di alam dunia ini, tidak lain adalah untuk menuju kehidupan yang sesungguhnya (tidak sementara seperti dunia), yaitu alam akhirat yang abadi. Di mana telah menunggu kehidupan surga dan neraka.
Salah satu hikmah lain yang bisa kita ambil dari penjabaran tentang hakikat alam dunia ini yang ibarat sebuah permainan simulasi adalah; mudah saja bagi si pemrogram untuk membuat suatu kejadian di dalam permainan yang kita anggap mustahil.
Misalnya seorang pemrogram game komputer memberikan kode cheat (curang) yang membuat ‘hukum’ atau aturan baku dalam permainan itu menjadi tak berguna (merubah sebagian aturan umum untuk memperoleh kemenangan).
Seperti itulah Allah memberikan mukjizat atau pertolongan kepada para rasul, nabi dan umatnya agar mereka yakin kepada kuasaNya―artinya jika Dia menghendaki sesuatu terjadi di alam buatanNya, maka tidak ada bagiNya hal yang mustahil―karena Dialah yang menciptakan ‘program’ alam ini beserta aturan-aturan yang berlaku di dalamnya.
Wallahu’alam.
By Sandy Pramono
