Setelah menurunkan “kunci” pada semua yang hadir, tiba-tiba saja suasana senyap. Semua ghaib yang tadinya berkerumun berkelompok tidak terlihat lagi. “Mungkin beliau-beliau ada kesibukan di malam seperti ini di tempat masing-masing atau karena melihat saya yang sedang serius dengan murid-murid, sehingga mereka tidak ingin mengganggu,” begitu yang terbersit di benak saya. Tapi tidak juga, ada yang aneh, bahkan penghuni pusaka tak satupun terlihat di sekitar sesaji, senyap sekali. Saya beberapa kali coba mendeteksi, tidak ada apa-apa. Semua diam didalam tempatnya masing-masing dalam diam yang aneh karena seolah takut melakukan kesalahan. Aneh!
Saya coba tingkatkan patiraga ke level-2, dewa-dewa ada di tempatnya yang tinggi, lebih tinggi dari tmpat biasanya. Tidak ada yang beraktifitas, juga tidak ada yang memperhatikan. Diam seakan menghindari sesuatu, tidak ada yang datang menemui apalagi memberi petunjuk seperti biasanya. Kembali ketempat, angin seakan tidak berhembus, karena masih penasaran, coba meningkatkan patiraga ke level-3 untuk bisa mengetahui apa yang terjadi, deg!
Kembali ke modus normal, jam 23.30 wib, terlalu sore untuk membubarkan acara, namun saya paksa menutup acara dan saya bubarkan dengan alasan mau istirahat. Saya tahu kalau anak-anak masih belum selesai canda tawa dengan sesama teman seperguruan yang tidak sering berkumpul. Mereka ijin akan melanjutkan ngobrol ditaman, saya biarkan dan setengah mengusir supaya bergegas pergi. Bahkan murid-murid dari Jabar yang bermalam saya suruh segera beristirahat.
Setelah semuanya pulang, saya sendirian, kali ini tanpa patiraga terlihat jelas. Kami seolah ada ditanah kering yang terbentang luas tidak berujung. Posisinya masih seperti tadi, jongkok dengan lutut kiri ada didepan, tangan kirinya numpang dilututnya, setengah berlutut dengan kepala agak menunduk. Tubuhnya sedang, agak gemuk, kepalanya licin seolah tidak pernah ditumbuhi rambut, kulitnya putih seperti tanpa pigment, terlihat halus. Jubahnya putih perak tapi tidak berkilau, kerahnya tinggi mirip jubah vampir, sepatunya tinggi dengan warna senada, mirip pakaian tokoh di film Star Wars mengenakan sarung tangan yang warnanya sama. Sebelah matanya yang kanan tertutup penutup hitam seperti di film bajak laut, secara keseluruhan tubuhnya tampak gemuk. Dari seluruh tubuhnya keluar aura warna putih tulang seperti rambut-rambut transparan memancar bergetar sekitar 40 cm saja dari tubuhnya.
kalau dari posisinya seperti setengah bersimpuh, namun dari kesigapannya tampak seakan siap menghancurkan apa saja yang di kehendaki. Tidak bisa membayangkan kalau auranya menyentuh kulit saya. Kami saling diam, saya masih berdiri dengan kaki agak lebar, dari semula energi sudah mengalir di seluruh tubuh. Saat itu saya benar-benar sendirian, energi di sekitar tubuh tidak bisa diredakan namun tetap saling menjaga jarak sekitar 10 m. Saya tahu persis bukan tandingannya, energinya jauh diatas saya, jauh sekali. berkali-kali saya coba tepis bisikan sukma, namun tetap tidak berubah menyebutnya *****.
Posisi kakinya terbalik, kaki kiri menekuk rapat seperti orang buang air besar. Kaki kanan lutut hampir menempel tanah dengan telapak kaki kanan, ujung sepatunya menekuk seperti saat tahiyat akhir. Tangan kiri menekuk dengan lengan sejajar dada, badan menunduk seperti start akan berlari. Tangan kanan menjuntai bebas, kepala menunduk lurus sejajar tanah dengan punggung agak membungkuk.
Posisi sempurna untuk melesat, kaki kiri siap untuk menjejak naik. Kaki kanan siap untuk meluncur kedepan. Tangan kiri siap menangkis. Tangan kanan siap digunakan menyerang. Kepalanya yang plontos ubun-ubunnya lurus ke depan seperti radar di moncong pesawat. Wajahnya tidak terlihat, mirip sikap hormatnya pasukan Mongol. Posisi seperti menghormat tapi sesungguhnya mengancam dengan posisi siap tempur yang sempurna. Ya, seperti itulah kira-kira saat mengumpulkan energi untuk di hantamkan. Tangan kiri menyilang didepan dada seperti orang bawa perisai. Kaki kanan agak lebar dan agak ke belakang seperti mau loncat.
Pakainnya sangat canggih, seolah semua teknologinya tersimpan di balik pakaian termasuk kerahnya yang tinggi dan kain seperti sayap Superman. Warnanya gading bahan seperti perak agak tebal tetapi elastis seperti bisa dikendalikan juga sepatu dan sarung tangannya terlihat menyimpan teknologi tinggi.
Sepertinya hanya alif yang sanggup membentengi seandainya harus terjadi benturan, jadi bisa dibayangkan posisi saya. Ketika seluruh ghaib dari daratan lautan dan dari langit yang tadinya berkumpul lalu semua menghindar, berarti tinggal manusia yang menghadapinya. Alif adalah benteng yang bersumber dari daya ALLAH dilangit yang “terlihat” oleh kita dan bisa diturunkan dalam hitungan detik.
By Romo Sidharto Haryo Pusoro
