Connect with us

Hi, what are you looking for?

Gaib & Spiritual

Nafas, Tanafas, Anfas, Nufus

Di dalam ajaran Islam di jawa terdapat empat jenis nafas yaitu nafas, anfas, anfas dan nufus. Dalam bahasa Jawa diucapkan “napas, tanapas, anpas, nupus.” Napas merupakan tali tubuh dan berada di dalam hati suweda. Hati yang menghubungkan fikiran yang suci. Kewujudannya adalah udara yang keluar dari badan. Dalam istilah biologi, nafas yang ada dalam hati suweda ini menjadi udara yang mengandung CO2. Udara ini secara normal keluar dari tubuh dengan sendirinya. Dengan keluarnya Co2 ini dari tubuh badan menjadikan fikiran bersih.

Tanapas merupakan tali hati. Nafas yang mengikat hati sirri (rasa hati). Bersumberkan dari perasaan hati yang jernih. Kedudukan nafas ini ada di daerah pusat. Kewujudan dari tanapas ini adalah udara segar yang masuk ke dalam tubuh.Jadi tujuan menarik nafas dalam-dalam ketika berolah-raga bertujuan untuk memasukkan udara bersih atau oksigen bagi melakukan pembakaran di dalam tubuh kita sehingga daya dan tenaga baru dihasilkan.

Anpas merupakan tali ruh. Tali yang mengikat ruh dengan badan jasmani.Letak anpas adalah di jantung. Kewujudannya adalah udara yang ada di dalam tubuh. Apabila dilakukan secara berturutan pertama kali nafas dihembus keluar terlebih dahulu supaya zat kekotoran yang berupa udara tersingkir dari tubuh badan. Kemudian tarik nafas secara dalam-dalam dan ditahan sejenak didalam. Baru kemudian dilepaskan secara perlahan-lahan. Jadi udara yang ditahan itu merupakan perwujudan dari anpas.

Nupus merupakan tali rasa dan berada di tengah-tengah jantung yaitu dibagian jantung yang berwarna putih. Berfungsi sebagai jembatan jantung yang menghubungkan rasa dengan atma. Kewujudannya adalah udara yang bergerak dari kiri ke kanan meliputi seluruh tubuh jasmani dan rohani. Dalam bahasa biologi darah yang mengandungi oksigen (dari udara bersih paru-paru) keluar dari ventrikel kiri jantung melalui pembuluh darah aorta dan beredar ke seluruh tubuh.

Nasihat Al-`Allamah Muhyi An-Nufus Habib Abdullah bin Abubakar Al-`Aidarus

Berkata Al-`Allamah Muhyi An-Nufus Habib Abdullah bin Abubakar Al-`Aidarus: “Qalbu(hati) adalah sekerat daging yang jika baik, baiklah seluruh jasad dan jika rusak, rusaklah seluruh jasad.” Itulah qalbu seperti yang disebutkan di dalam hadits Al-Mushthofawiy Al-Muhammadiy atasnya shalawat dan salam. Qalbu dinamakan qalbu karena cepat berbalik dan berubah atau taqallub dengan kehendak perubahan Dzat yang membolak-baliknya.

Bersabda SAW,”Sesungguhnya qalbu di antara dua jari dari jari-jari Yang Maha Pengasih, membalikkannya sesuai dengan kehendak-Nya.” Dia Allah menciptakan di dalam hati dua alam; alam gaib dan alam syahadah(alam kasat mata) keduanya itu adalah ruh dan jasad. Dan terlahirlah dari dua campuran itu, bentuk yang berhubungan dengan jasad, dan ruh yang berhubungan dengan ruh. Rasulullah SAW telah mengisyaratkan alam gaib dan alam syahadah di dalam sabdanya dua jari dari jari-jari Yang Maha Pengasih. Karena keduanya merupakan gambaran sifat Allah yang Maha Lembut dan Maha Menguasai. Telah diriwayatkan di dalam hadits SAW yang lain,”Sesungguhnya qalbu di antara dua jari dari jari-jari Yang Maha Pengasih, jika Dia menghendaki diluruskan-Nya dan jika Dia menghendaki dijadikan-Nya menyimpang.”

Maksud dari sabdanya jika Dia menghendaki diluruskan-Nya, yaitu dengan sifat-sifat ruh yang menguasainya dan meluruskannya agar menghadap ke hadirat yang agung. Sedangkan maksud dari sabdanya jika Dia menghendaki dijadikan-Nya menyimpang, yaitu dengan sifat-sifat hewani yang menguasai dan menyimpangkannya dari kebenaran, sehingga menghadap ke dunia dan syahwatnya, bergantung padanya dan menginginkan kedudukannya. Sesungguhnya termasuk ketentuan Allah adalah, “Dia tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka merubah diri mereka sendiri, dan Dia tidak akan mengangkat seorang hamba kecuali hamba itu sendiri mengangkat amal-amal jasadiyahnya(amal-amal untuk kepentingan nafsu hewani saja).”

Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT,”Ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku mengapa engkau menyakitiku, sedangkan engkau mengetahui bahwa aku utusan Allah untuk kamu sekalian?” Ketika mereka(kaum Musa) menyimpang, maka Allah menyimpangkan qalbu mereka dari iman.” Begitulah, untuk meluruskan qalbu haruslah mendirikan syarat-syarat penghambaan dalam pembersihan hati dan mengajaknya untuk naik ke dalam maqamat(kedudukan-kedudukan spiritual) yang didapatkan dan dilewati untuk ahwal(keadaan-keadaan spiritual) yang merupakan pemberian dan yang akan menghasilkan anfas(nafas-nafas) yang ghaib, yang lebih halus dan lebih lembut dari ahwal. Anfas dengan hembusan qalbu dan kelembutan ghaib.

Orang-orang mencapai kedudukan anfas lebih halus dan lebih jernih daripada orang-orang yang mencapai ahwal. Pencapai maqam dan waqt(waktu) adalah pemula, pencapai anfas berada di puncak, dan di antara keduanya adalah ahwal. Jadi ahwal pertengahan tingkatan, dan anfas puncak tingkatan. Waktu untuk orang yang memiliki qalbu, ahwal untuk orang-orang yang memiliki keadaan-keadaan spritual, dan anfas untuk orang-orang yang memiliki sirr(rahasia yang halus dan lembut merupakan rahmat Allah). Para arifin sepakat bahwa ibadah yang paling utama adalah menjaga setiap nafas dalam keadaan bersama Allah, yaitu setiap tarikan dan hembusannya dengan menyebut lafaz jalalah, yaitu kata; Allahu Allah, atau zikir La ilaaha illallah yang merupakan zikir tersembunyi, dalam arti dapat diucapkan tanpa menggerakkan bibir.

Menjaga setiap nafas dalam keadaan bersama Allah adalah menjaga nafas hembusan jasmani agar setiap tarikan dan hembusannya dalam keadaan ridha dan berzikir. Karena setiap nafas adalah mutiara amal yang dapat menghasilkan makrifat akan asrar(rahasia Illahi) dan cahaya. Semua ini termasuk di dalam maqamat. Sedangkan anfas yang lebih halus dan lembut daripada ahwal adalah hembusan alam ghaib yang merupakan ladunni(pemberian Allah yang langsung tanpa perenungan atau pencarian), ruhani(bersifat spiritual), wahbi(pemberian pengetahuan) dari asalnya. Firman Allah,”Sesungguhnya Allah (memberikan) keistimewaan kepada siapa yang dikehendaki” dan “Sesungguhnya Kami ajarkan kepadanya dari sisi Kami ilmu.”

Yakni sesungguhnya semua itu tampak dengan musyahadah dan mukasyafah(penyingkapan spiritual) yang turun pada padang qalbu dari alam ghaib yang mendekatkan hati kepada Allah yang membolak-balikkan hati. Ini adalah kerumitan hakikat hembusan yang lembut pada hati pecinta yang diambil dari asalnya. Dia(Allah) mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya. Mereka adalah orang-orang yang ruhnya terus menerus beri’tikaf(berdiam) di hadirat sang pembolak-balik hati.

Kemudian HATI terdiri dari empat macam juga diantaranya:

  1. HATI SANUBARI, warna HITAM, berwujud dalam rasa,pintunya di KAHURULLOH,berada dialam SUFIL, menjadi sempurnanya pembicaran.
  2. HATI MAKNAWI, warna KUNING, purbaning rasa, pintunya di KAMALULLOH,berada dialam SULBIL, menjadi sempurnaya pendengaran.
  3. HATI SIRI, warna HIJAU, sempurnnaya rasa, pintunya di JALALULLOH, berada dialam TOUFEK, menjadi sempurnanya indera penciuman.
  4. HATI PU’AT, warna PUTIH, hilangnya rasa, pintunya di JAMALULLOH,berada dialam SABIT, menjadi sempurnanya penglihatan.

JASAD MANUSIA terbagi menjadi 3 tataran:

  1. Tataran pertama; JAGAD ATAS atau GURULOKA [baitul ma’mur], berada di OTAK, pusat segala rasa, dalam pewayangan disebut Sang hyang Guru, ratunya segala nyawa, dan berkuasa dalam panca indera, berada di kahyangan JUNGGRING SALOKO.
  2. Tataran kedua; JAGAD TENGAH atau ENDROLOKA [baitul mucharom], berada di ANGAN2, BUDI, CIPTO dan ROSO,yang menjadi penguasa Sang Hyang Indra di ENDRABAWONO.
  3. Tataran ketiga; JAGAD BAWAH atau JANALOKA [baitu mucadas], berada di PANCA ASMARA, yaitu asmara tantra dan asmaragama,yang menjadi penguasa adalah Sang Hyang Wisnu,dikahyangan NGUNTORO SEGORO.

Ketiganya disebut dengan TRILOKO, dan yang menguasai Sang Hyang Wisesaning Tunggal. Dan ketiga tataran tersebut sering dipakai oleh KANJENG SUSUHUNAN KALIJOGO dipakai sebagai perlambang kehati-hatian pada setiap manusia untuk dilarang, diantaranya:

  1. ojo mangan utek [dilarang makan otak]
  2. ojo mangan jeroan [ dilarang makan jeroan]
  3. ojo mangan pringsilan [dilarang makan kemaluan]

DILARANG MAKAN OTAK yang dimaksud diatas bukan berarti kita dilarang memakan otak binatang,tetapi lebih ditegaskan dalam hal bagaimana cara kita berfikir yang benar, seperti beliau tegaskan; “SEJATINE ENGGONE PEMAREMING DZAT KANG SEJATI IKU DUMUNING ONO ING UTEK,TUHU ANGLIMPUTI ING SAK OBAH OSIKING MANUNGSO,SASOLAH BAWANING MANUNGSO, SAK JRONING BAITUL MAKMUR,” artinya; sesungguhnya tempat segala kenikmata didalam dzat sejati itu adalah berada didalam otak, besrta seluruh gerak gerik, dengan segala tingkah laku manusia yang berasal di dalam pintu baitul makmur. beliau mempertegas tentang JAGAD ATAS dengan empat hal yaitu:

  1. UTEK IKU ANGLIMPUTI PRAMONO; artinya janganlah kita selalu salah dalam menartikan sesuatau yang kurang bagus menurut penglihatan mata kita.
  2. UTEK IKU MRABAWANI BAWANING MANUNGSO;artinya janganlah kita selalu mengucapkan kata-kata yang tidak benar, karna menandai bahwa fikiran kita kurang benar.
  3. UTEK IKU NYAMADI MARANG KARNO; artinya janganlah kita selalu mendengarka soal atau permasalahan yang tidak berguna,dalam arti bila kita mendengar suara atau perkataan yang kurang baik sebaiknya ditinggal pergi tdk perlu ditanggapi.
  4. UTEK IKU MRATANDANI MARANG GRONO; artinya janganlah selalu betah dengan suasana bau atau pengap karna bisa mempengaruhi pola fikiran kita yg jorok.

DILARANG MAKAN JEROAN. Yang dimaksud dilarang makan jeroan bukan berarti kita dilarang makan jeroan seperti hati, usus, limpa dll, melainkan perlambang bahwasanya didalam hidup kita janganlah memiliki hati yang mudah terhayut atau terlalu terbawa perasaan yang ngelantur. jagad tengah meliputi:

  1. BUDI ANGLIMPUTI SEDYO; artinya didalam kehidpan kita janganlah mempunyai hati/ budi yang kurang bagus.
  2. BUDI MRATANDANI CIPTO; artinya didalam kehidupan kita janganlah mempunyai hasrat atau keinginan yang berubah-ubah atau tidak fokus.
  3. BUDI MRABAWANI ROHSO; artinya didalam kehidupan kita janganlah memiliki rasa/perasaan yang kurang benar.
  4. BUDI WIDAGDO SESANDAN SALIRING SIR; artinya didalam kehidupan kita janganlah mempunyai perkiraan yang kurang pas dengan naluri. E. BUDI KADUNUNGAN LAKSONO; artinya didalam kehidupan kita akan terlaksana bila hati kita disertai dengan tingkah laku yang benar.

DILARANG MEMAKAN PRINGSILAN /KEMALUAN. mempunyai arti bahwa seyogyanya kita bisa menahan nafsu syahwat, dalam arti tidak mengumbar hawa nafsu dan tau akan tata krama hukum masyarakat, karena dampaknya sangat berarti bagi kehidupan kita sesuai dengan penjelasan dibawah ini:

  1. UNGGYANING BUDI NDADEAKE ASMOROGOMO; artinya akan merusak budi perketi yang nantinya tdak akan diterima dimasyarakat.
  2. PANGGONANING DZAT ANGLIMPUTI PUTEKING ATI; artinya bisa menjadikan rusaknya sifat diri dan bisa membikin ruwetnya di dalam badan kita.
  3. MUKHADAS MRATANDANI PURUS;artinya bisa menjatuhkan derajad serta harga diri kita.
  4. MUKHADAS MRATANDANI ROSO SEJATI; artinya sulit untk menjalani hidup yang bahagia dan selalu membikin susah orang lain dan menjadikan banyak permusuhan. dan bila ketiga wejangan diterapkan dalm kehidupan kita INSYA ALLOH akan terbukanya pintu hijab TAHTA BAITUL MA’MUR, BAITUL MUCHARROM DAN BAITUL MUKHADAS , dan senantiasa terlindungi dr keselamatan yg diciptakan oleh diri pribadi untuk selalu INGAT dan WASPADA.

 

(di ambil dari the sufi way)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Religi

Pada suatu kesempatan lalu , saya di perkenankan untuk singgah di Trenggalek . Memang di bulan februari kemarin, saya dapat kesempatan untuk berlibur 3...

Sastra

PUPUH I ASMARANDANA //Kasmaran panganggitgending / Basa Sunda lumayanan / Kasar sakalangkung awon / Kirang tindak tatakrama /Ngarang kirang panalar / Ngan bawining tina...

Sastra

JANGKA RANGGAWARSITAN .I. JAKA LODANG, II. KALATIDA, III. SABDA TAMA, IV. SABDA JATI, V. KALITIDA PININGIT, VI. WEDATAMA PININGIT.   Ingkang ngimpun lan nyukani...

Gaib & Spiritual

Ketika dihadapkan pada tantangan jaman, bahwa orang yang belajar ilmu ghaib tidak lagi punya waktu lama untuk prosesi, juga tidak sanggup lagi melakukan dzikir,...

Translate »