Connect with us

Hi, what are you looking for?

Gaib & Spiritual

Perempuan Berbaju Merah

            Sore itu sepulang kerja, tepatnya hari Jumat. Seperti biasa saya membawa ransel untuk perjalanan mudik tiap hari Jumat sore. Tranportasi yang biasa saya gunakan yakni bus, melalui terminal Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur. Jarak antara tempat kerja dengan terminal hanya sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Hari sudah mulai gelap, adzan Maghrib berkumandang terdengar saat perjalanan menuju terminal.

Berjarak kurang  200 meter dari terminal Bungurasih, setelah melewati fly over, tiba-tiba ada yang naik dan duduk di gandengan motorku. Sambil tetap berkendara aku mencoba berkomunikasi. Nampak sosok perempuan berpakaian serba merah. Kalo dilihat dari umur, masih sekitar 25-30 tahun. Dengan dandanan seksi, baju terusan sampai diatas lutut, rambut lurus sampai dibawah pundak, lipstik merah,  ikat pinggang merah, sepatu merah dan tas kecil berwarna merah.

Tetapi setelah di amati lebih dalam, ada yang ganjil. Yaitu ketika aku mulai mengucapkan salam, “Salam, mbak siapa dan dari dari mana?” Belum sampai menjawab pertanyaanku, wajah perempuan itu berubah. Tampak mengalir darah dari kepala membasahi wajah sampai ke badannya. Tidak ada suara tangis atau kesakitan sedikitpun yang aku dengar. Kulanjutkan perjalanan sampai  masuk area terminal dekat pemberhentian bus. Setelah memarkirkan sepeda motor di penitipan, aku  baru sadar kalau perempuan yang numpang di motorku sudah turun menunggu didepan. “Mas, tolong sempurnakan saya,” suara pelan terdengar saat saya mendekatinya. “Baiklah, perkenalkan saya dari Paguyuban Sekarjagad,” dia pun mengangguk. Saya hanya perantara saja, semoga Tuhan menyempurnakanmu.

Setelah sempurna barulah percakapan dimulai. “Namaku Dina Mas, aku meninggal karena jatuh dari mobil saat bersama pacarku.” Begitulah perempuan ini mengenalkan dirinya kepadaku. Dia pun melanjutkan pembicaraannya., “Waktu itu aku sedang jalan-jalan dengan pacarku, kami sudah lama pacaran. Saat itu malam minggu. Kami berdua menghabiskan malam disalah satu klub malam di Surabaya. Menjelang pukul 03.00 pagi kami pulang dan rencananya kami menginap di hotel tidak jauh dari club. Situasi berubah ketika sehabis menerima telpon entah dari mana asalnya. Kondisi setengah mabuk, kulihat raut mukanya seperti orang marah setelah selesai menerima telepon. Namun, dia tidak berbicara sedikitpun kepadaku. Kami berjalan menuju tempat parkir mobil dan keluar dari tempat parker.”

“Sampai disuatu jalan kuberanikan diri bertanya siapa yang menelpon. Dia tetap diam. Ku coba  menghiburnya itupun tidak merubah suasana. Dia hanya diam dan diam sambil memegang stir mobil. Sampai akhirnya dia membentakku.”

“Diammm!!! Kamu nggak usah ikut campur urusanku, biar aku selesaikan sendiri.”

“Kaget aku dibuatnya karena selama pacaran tidak pernah seperti ini. Aku pun reflek membalas kata-katanya. Pertengkaran pun terjadi sepanjang jalan.

Sampai disuatu tempat dia memaksaku turun dari mobil tetapi aku tidak mau. Mobil pun berhenti, dia keluar dari mobil terus  memaksaku keluar dari mobil. Pertengkaran berlanjut diluar mobil kemudian dia kembali masuk. Saat aku mendekati dia dari pintu sebelah kanan, memohon jangan tinggalkan aku disini, refleks saja tanganku memegang bajunya. Seolah tidak memperhatikanku dia menginjak gas, akupun terseret jatuh  kepalaku terbentur aspal dengan keras.”

“Sempat tersadar, darah sudah mengucur deras dari kepalaku dan akupun sudah tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Saat aku ingat, ternyata aku sudah meninggal ketika dirumah sakit. Aku melihat diriku tertutup kain putih dengan luka parah dibagian kepalaku. Aku seolah tidak percaya dengan keadaanku saat itu. Selang beberapa saat aku berdiri disamping jenasahku, nampak polisi menjelaskan kepada kakakku yang mengurus jenasahku bahwa aku korban tabrak lari.”

Setelah panjang lebar kami mengobrol, Dina menyampaikan bahwa telah menerima kenyataan ini. Tetapi dia tidak rela akan apa yang dilakukan pacarnya kepadanya saat itu. Aku pun mencoba memberikan pengertian bahwa dia sekarang sudah meninggal dan berada dialam yang berbeda. Alangkah baiknya segala yang pernah menimpanya selama hidup agar di ikhlaskan, supaya dia bisa tenang di alam sana. Kembali kepada yang Maha Pencipta dengan damai.

Dia mengucapkan terima kasih, seolah seperti orang yang masih hidup dia meninggalkanku  mengibaskan rambutnya sambil berkata, “Saya pergi dulu mas, mau jalan-jalan, siapa tahu ada laki-laki yang mau denganku.” Dia berjalan menuju ke arah barat dan kembali ke timur, kemudian naik ke bus jurusan Jogja.” Dalam hati aku berkata, “Ya Tuhan, ada-ada saja kejadian malam ini yang kualami, semoga yang kulakukan sudah sesuai yang semestinya.” Sambil menghelas nafas panjang saya pun berjalan menuju bus yang sudah menanti beberapa menit yang lalu, untuk melanjutkan perjalanan pulang. 

 

(By : Destha)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Gaib & Spiritual

Di dalam ajaran Islam di jawa terdapat empat jenis nafas yaitu nafas, anfas, anfas dan nufus. Dalam bahasa Jawa diucapkan “napas, tanapas, anpas, nupus.”...

Religi

Pada suatu kesempatan lalu , saya di perkenankan untuk singgah di Trenggalek . Memang di bulan februari kemarin, saya dapat kesempatan untuk berlibur 3...

Sastra

PUPUH I ASMARANDANA //Kasmaran panganggitgending / Basa Sunda lumayanan / Kasar sakalangkung awon / Kirang tindak tatakrama /Ngarang kirang panalar / Ngan bawining tina...

Sastra

JANGKA RANGGAWARSITAN .I. JAKA LODANG, II. KALATIDA, III. SABDA TAMA, IV. SABDA JATI, V. KALITIDA PININGIT, VI. WEDATAMA PININGIT.   Ingkang ngimpun lan nyukani...

Translate »