Seorang murid “memaksa” untuk meminjam pusaka ini, berkali-kali saya tolak. Tepat malam jum’at ketika datang lagi dengan alasan akan di cucikan. Belum sempat saya menjawab terdengar suara, “Wis wayahe” atau sudah waktunya, saya tahu itu suara khodam pusaka itu. Maka saya serahkan dengan pesan, agar segera dikembalikan bila sudah selesai mencucinya dan dia menyanggupi. Saya sangat sedih, bukan karena melepas pusaka itu, namun khawatir kalau sampai benar-benar siluman itu melakukan apa yang telah di ucapkannya.
Kabar pertama, si murid terlibat banyak masalah. Kabar kedua, si murid diburu banyak orang, bahkan sampai ke PSj. Kabar ketiga, dia menjadi buronan. Lalu saya kirim murid untuk mengembalikan pusaka sebelum hal lebih buruk terjadi. Seperti yang di perkirakan, memang sudah waktunya. Hal buruk mulai menimpanya (maaf tidak bisa saya jelaskan). Hal yang sangat mengenaskan menimpanya untuk bilangan tahun.Bukannya mengembalikan, malah di barterkan,
saya ingatkan melalui murid yang lain supaya dikembalikan dan supaya orang baru yang memegang di kasih tahu kalau itu punya saya.
Seperti yang di katakan “sudah waktunya”, dan Naga siluman membuat kekacauan. Merusak ketenangan rumah tangga, menghancurkan karier, mengganggu syaraf, memisahkan dengan keluarga dan membuat siapapun yang membawanya jadi apes. Sampai sekarang korban terus berjatuhan. Entah sampai kapan.
Yang saya dengar, Dia memang membangunkan khodamnya untuk tujuan tertentu, bukannya membantu, yang terjadi malah sebaliknya, itu diluar prediksinya.

Ini luk 11, di mulutnya ada emasnya yang berfungsi meredam sifat ganasnya. Pusaka yang ganas dan sulit dikendalikan, selalu diberi emas oleh empunya.
(By Romo Sidharto Haryo Pusoro)
In this article:

Click to comment