Sebut saja namanya AW. Seorang petugas keamanan yang bekerja di sebuah perusahaan perkebunan di wilayah pulau sebrang terpencil di daerah Sumatera. Di mana “Hukum Rimba” masih berlaku di wilayah itu. Untuk memenuhi kebutuhannya, beliau ini sengaja belajar ilmu yang sekiranya bisa digunakan untuk penjagaan diri. Amalan yang di gunakannya pun cukup sederhana, cukup membaca amalan itu maka “perewangannya” langsung aktif. Tak ayal kesaktian ilmu yang di milikinya ini sampai tidak terkontrol , ketika beliau marah maka seketikan itu “aktif” dan mengamuk sampai tidak terkontrol.
“Kadang kalau pulang ke rumah saya tidak tega melihat anak dan istri saya. Karena saya kalau marah tidak mengenali diri saya sendiri,” ujar beliau dengan rasa penyesalan. Berawal dari rasa ingin menghilangkan ilmunya itu beliau keliling ke paranormal, ustad, serta kiai untuk meminta di ruqyah/ pembersihan badan. Namun tak sedikit dari yang di datanginya itu selalu kena bogem mentah ketika dia “aktif.” Bahkan kadang banyak yang menolak untuk mengobati beliau ini karena ilmunya sangat keras, bahkan bisa melukai yang mengobati. ” Hampir puluhan Paranormal, ustad , kiai yang saya datangi selalu kesakitan bahkan ada yang pingsan ketika saya sadar,” jawab beliau sambil senyum.
Singkat cerita, dalam sebuah perjalananannya mencari pengobatan, bertemulah beliau dengan kawannya. Lalu di sarankannya beliau ini agar berobat ke “Paguyuban Sekarjagad.” Beliau mengambil cuti kerja selama seminggu untuk berobat ke Paguyuban Sekarjagad di Surabaya karena dalam perjalanan dari tempat kerjannya ke surabaya membutuhkan waktu sekitar 3 hari.
Setelah sampai di Paguyuban Sekarjagad beliau langsung bertemu langsung dengan pembimbing Romo Sidharto Haryo Pusoro. Setelah berbincang cukup lama dan menceritakan apa yang di alami beliau, dengan singkat Romo Sidharto Haryo Pusoro bertanya pada beliau ini, “Mas AW, kalau jadi murid saya, maka tidak sakti lagi, bagaimana?,” ujar Romo, lalu ternyata mas AW bersedia.
Ketika pada tahap dasar patiraga, ada yang memberontak dalam tubuhnya, seperti tidak menghendaki adanya ilmu yang masuk sehingga pada akhirnya membuat latbar pada hari kamis malam itu ricuh. “Ghaib” yang ada di badannya pun tidak tanggung-tanggung jumlahnya sehingga malam itu membuat ketegangan yang sangat lumayan.
Beberapa ghaib di badannya mulai menunjukan pemberontakan yang sangat luar biasa yang pada akhirnya senjata “Minyak Neraka” Paguyuban Sekarjagad pun di keluarkan. Penanganan yang extra sabar ini pada akhirnya merontokkan satu-persatu yang ada di badan beliau sehingga membuat badan beliau sangat kesakitan waktu itu. Ghaib yang ada di dalam badan beliau ini mulai rontok, tinggal satu di dalam badan yg memang kita pertahankan dan sementara masih diperlukan karena profesinya, namun bisa dikendalikan.
Hari ini, dia telah menjadi manusia biasa, kesaktiannya sudah tidak ada semenjak menjadi Sekarjagad. Karena Murid Paguyuban Sekarjagad tidak belajar untuk sakti, sebaliknya, belajar untuk mengosongkan diri.
– FZ –
