Kisah ini berawal dari 4 tahun lalu, keluarga kami satu persatu tumbang oleh dendam kesumat seseorang yang menggunakan santet. Awalnya kami tak mengira bahwa tetangga yang kami anggap baik ternyata malah membawa petaka di keluarga kami. Ternyata hidup di dalam lingkungan keluarga yang saya anggap lebih dari cukup ini malah membuat kehidupan semakin tak tenang.
Sebut saja namanya Bunga, saya kakak pertama dari 2 bersaudara yang semuanya perempuan dan saya sendiri sudah menikah dengan seorang pria yang bekerja di perusahaan perbankan dan sudah di karuniai anak perempuan lucu yang masih balita sedang 2 adik perempuan saya masih belum menikah.
Setahun lalu ayah kami meninggal dunia yang cukup membuat kami kaget, padahal sebelumnya tidak ada penyakit yang terdeteksi dibadan ayah kami. Semuanya kami anggap ini adalah takdir Tuhan kepada keluarga kami yang memanggil ayah saya secara tiba-tiba. Waktu pun berlalu, sebenarnya saya tidak mempunyai kecurigaan terhadap apapun namun semakin lama perasaan saya diliputi kegelisaan yang mendalam. Rumah kami di Surabaya kita jual dan akhirnya hijrah ke Sidoarjo.
Hingga suatu waktu ibu kami di serang oleh penyakit aneh, ibu tiba-tiba mengidap kanker payudara yang membuat salah satu payudaranya hilang. Semakin lama saya merasa ada suatu kejanggalan yang menimpah keluarga ini. Keadaan keluarga semakin tidak harmonis seiring kami hijrah ke Sidoarjo. Saya sering cekcok dengan suami dan saya menganggap rumah baru tak nyaman, sehingga akhirnya saya memutuskan berpisah dengan ibu yang terbaring tak berdaya dikamar tidur.
Dan 2 adik saya yang akhirnya merawat ibu, sedangkan saya tiap minggu menjenguk ibu. Saya semakin penasaran apa yang sedang terjadi di keluarga saya, dari meninggalnya ayah, dijualnya rumah dan menjalar ke keharmonisan keluarga kami. Sebenarnya saya sudah cukup curiga dengan apa yang di alami oleh keluarga kami. Terlebih ketika waktu ayah masih hidup dan terbaring sakit. Beliau merasa bahwa dalam mimpi seperti di siksa dan di penjara selama puluhan tahun. Seperti juga saat ini, ketika ibu yang sudah terbaring sakit, selalu mengigau ingin kembali pulang dan menyebut nama-nama yang tidak kami kenal. Kecurigaan saya semakin menguat kepada tetangga depan rumah kami yang dulu karena setelah memberi barang dan makanan kepada ayah saya yang akhirnya tiba-tiba sakit dan meninggal dunia.
Saya hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan, hingga harta kami sampai habis untuk pengobatan ayah dan ibu, meskipun ayah kami tak tertolong. Hingga pada suatu ketika di sosmed, seorang mantan saya meng-upload sebuah kegiatan padepokannya. Saya penasaran dan akhirnya berkonsultasi lewat dia via sosmed. Sebut saja namanya mas Ryan, beliau dulu adalah mantan terbaik yang pernah saya kenal hingga kami terpisah dan akhirnya menjalani kehidupan sendiri-sendiri.
(By : FZ)