Mas Ryan menyarankan saya untuk membawa ibu saya ke mabes Padepokan-nya di daerah Surabaya. Setelah berunding dengan keluarga akhirnya kami membawanya kesana. Setelah di tangani oleh Guru Besar Padepokan, ibu saya agak sedikit membaik dari hari-hari sebelumnya. Kami menceritakan semua permasalahan kami dari awal sampai akhir, lalu beliau menyarankan untuk melakukan pembersihan rumah.
Beberapa hari setelah membawa ibu saya ke Padepokan, akhirnya rombongan untuk pembersihan rumah dari gangguan ghaib datang ke rumah sekitar pukul 21.00 Wib. Kami berbincang dan menceritakan semua apa yang kami alami beberapa tahun lalu sambil kami menyiapkan tumpeng untuk acara selamat kecil-kecil di rumah.
Mereka menceritakan bahwa di rumah kami memang banyak ghaib penganggu yang ada di rumah kami, jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Tak lain juga ada ghaib yang memang sengaja dikirimkan seseorang kedalam rumah kami. Dibadan ibu kami ada sosok ‘leak‘ yang sedang menggerogoti dan bersemayam di payudara ibu. Setelah semua dibersihkan saya mencoba untuk menceritakan tentang boneka dan baju yang diberikan tetangga kami dulu waktu itu dan ternyata itu adalah media yang digunakan pelaku untuk menyerang kedua orang tua kami.
Akhirnya kedua barang itu dibakar secara ghaib oleh mereka, lalu saya menunjukkan foto tetangga saya yang sempat saya curigai waktu itu. Ternyata memang benar dialah pelakunya. Saya menganggap dia ini iri dengan keluarga saya waktu itu. Pada akhirnya terjadi pertarungan ghaib antara dia dengan anggota padepokan. Cukup lama kami mengobrol dengan para anggota padepokan, lalu satu orang darinya menerawang apa yang berada di dalam tubuh adik saya yang bungsu. Dalam terawangannya ada 2 wujud nyata yang kami berikan yaitu batu dan tasbih milik almarhum ayah kami.
Saya juga menceritakan kedekatan suami saya dengan pelaku kepada mereka namun mereka hanya tersenyum, karena dulu suami saya sempat jengkel dengan kedua orang tua saya dengan alasan karena suami saya tidak bisa menyopir mobil. Saya juga sempat merasa rumah tangga saya tidak harmonis karena hampir kita bertengkar dengan alasan yang tak jelas. Sampai pada akhirnya keadaan ibu lumayan membaik dengan di back-up oleh anggota-anggota padepokan.
Sempat saya berfikir, apa suami saya juga ikut melakukan hal ini kepada keluarga kami. Karena selama ini saya mengalami perang bathin, seperti ada sesuatu yang janggal dari suami saya. Setelah pembersihan rumah dan perawatan ibu secara berkala, saya sangat berterima kasih kepada para anggota padepokan yang telah membantu saya terlebih pada mantan saya, mas Ryan yang sudah mengarahkan untuk bertemu dengan Padepokan ini.
Andai mas Ryan dulu tak meninggalkanku tanpa sebab, mungkin saat ini kita masih makan bersama dimeja makan. Dimana dahulu sering mas Ryan memimpin doa bersama almarhum ayah, ibu serta adik-adikku. Mungkin mas Ryan bisa menjaga keluarga kecil ini sampai sekarang, tapi jalan kita memang ditakdirkan tidak bisa bersama. Mas Ryan dulu sering mengajarkan kesederhanaan, bahwa seenak apapun hidup itu wajib kita syukuri.
Sampai hari ini, saya masih berdoa agar ibu bisa pulih seperti sedia kala, bercanda bersama kami, anak-anak yang selalu kau manja dan masih butuh bahu juga cucumu yang lucu. Semoga juga suamiku diberikan jalan yang benar, agar bisa menjaga keluarga kecil ini. Juga terima kasihku untuk mas Ryan yang sudah mau mendengarkan keluh kesahku. Dan sampai saat ini mas, aku masih menjaga perasaanku yang dulu. Walaupun kita sudah berkeluarga masing-masing. Semoga Tuhan mengampuni pelaku yang sudah membuat keluarga kami seperti ini.
(BY : FZ)