Connect with us

Hi, what are you looking for?

Religi

Bukit Surowiti – Petilasan Sunan Kalijaga

 

Terletak di kota Gresik arah Pantura, terdapat sebuah petilasan salah satu dari sembilan wali penyiar agama Islam di Pulau Jawa, yaitu Sunan Kalijaga. Berada di dataran tinggi yang biasa disebut bukit Surowiti, petilasan ini merupakan peninggalan Sunan Kalijaga saat masih bergelar Brandal Lokajaya. Di tempat inilah beliau menyusun strategi serta mengumpulkan barang jarahannya.

 

Selain Petilasan Sunan Kalijaga, di atas Bukit Surowoti juga terdapat beberapa makam yang dikeramatkan. Serta Gua Langsih, tempat tinggal Brandal Lokajaya, julukan Raden Sahid sebelum mendapat pencerahan dan menjadi Sunan Kalijaga. Setidaknya ada beberapa titik perhentian, yg terakhir terakhir disebut Laketeng, tepat sebelum masuk ke tanjakan yang paling tajam dan tinggi.

 

 

Di sebelah kiri pintu masuk ada papan petunjuk ke arah Makam Empu Supo (putera Empu Supadriya, seorang bangsawan Majapahit berpangkat Tumenggung, yang menikah dengan adik Kanjeng Sunan Kalijaga, Dewi Roso Wulan), dikenal ahli membuat keris dan sakti mandraguna). Juga makam Raden Bagus Mataram yang dulunya dikenal dermawan.

Konon katanya bila seseorang ingin dilancarkan bisnisnya maka ia melakukan ritual di makam Raden Bagus Mataram. Bila ingin memiliki ilmu kebal maka tapa bratanya dilakukan di makam Mpu Supo. Kedua santri Sunan Kalijaga itu semasa hidupnya dikaruniai keistimewaan sendiri-sendiri oleh Yang Maha Kuasa.

Mereka yang kesulitan mendapatkan jodoh konon bisa nglakoni ritual di Gua Jodoh agar dimudahkan mendapatkan pasangan yang diidamkan. Atau bermunajad di dalam Gua Langsih karena di dalam gua itu ada batu (watu) kijang yang diyakini akan memudahkan mencapai cita-cita yang didambakan bila ritual dengan memeluk batu itu.

 

 

Situs-situs yang bisa ditemui di petilasan ini meliputi gua jodoh, gua macan (tempat yang dijadikan sebagai kandang seekor Macan Putih). Hewan itu piaraan salah satu santri Sunan Kalijaga yang bernama Suro Astono yg berkat kesaktiannya bisa menundukkan manusia jahat dan hewan buas, rumah Lokajaya (nama muda Sunan Kalijaga), Pring Silir (bambu sebagai perwujudan tongkat Sunan Bonang), Kali Buntung (sungai tempat bertapa Sunan Kalijaga), Bedug Tiban (konon dulunya bedug yang dibuat Sunan Kalijaga untuk Masjid Demak tetapi lurang cocok dengan Masjid Demak yang cukup besar itu).

 

Goa Langsih berada di dalam perut bumi, dicapai dengan menuruni tangga kayu di sebuah lubang sempit yang hanya cukup untuk dilewati satu orang berbadan sedang. Tebing di dataran di dekat akses ke Goa Langsih ini kabarnya sering digunakan juga sebagai arena olah raga panjat tebing. Papan penunjuk ke Goa Langsih dipasang di samping pintu masuk Petilasan Sunan Kalijaga. Di samping cungkup Petilasan Sunan Kalijaga terdapat Cungkup Makam Mbah Sloko dan cungkup Makam Mbah Singo Wongso.

 

Sunan Kalijaga adalah keturunan Aryo Adikoro, yang lebih dikenal sebagai Ronggo Lawe, penguasa Tuban di masa awal Kerajaan Majapahit. Tuban ketika itu merupakan pelabuhan terbesar di Nusantara. Sunan Kalijaga lahir dengan nama Raden Mas Sahid, dari ayah bernama Raden Sahur (Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban) dan ibu bernama Dewi Sukati, salah seorang puteri raja Majapahit. Raden Sahur adalah cucu buyut Ronggo Lawe.

 

Nama Kalijaga berasal dari pertemuannya dengan Sunan Bonang, saat ia menjadi begal dengan julukan Brandal Lokajaya karena kekecewaannya pada ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat ketika itu. Setelah ditundukkan Sunan Bonang, selama setahun Raden Mas Sahid diminta menjaga tongkat yang ditancapkannya di tepi kali dan ditugaskan memperdalam ilmu agama dari kitab yang ditinggalkannya. Namun konon baru tiga tahun kemudian Sunan Bonang kembali untuk menjumpai Raden Mas Sahid.

 

 

Karena kecerdasannya, kedalaman dan ketinggian ilmunya, kewaskitaannya, serta pendekatan yang dilakukannya dalam berdakwah dan berpolitik, Sunan Kalijaga termasuk salah satu dari Wali Songo yang paling disegani, dan sering disebut Wali Kutub atau leluhuring Wali. Sunan Kalijaga lebih suka berkelana dalam melakukan dakwah, sehingga tidak heran jika petilasannya bisa ditemukan di beberapa tempat, seperti yang ada di Situs Taman Kera dan Petilasan Sunan Kalijaga di Cirebon.

 

 

Selama dalam pengembaraannya itu ia menciptakan tembang Ilir-ilir dan Dandhang Gulo, serta menulis Kitab Serat Dewa Ruci dan Kitab Suluk Linglung. Gamelan Sekaten, yaitu Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu yang disimpan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, adalah juga peninggalan Sunan Kalijaga.

Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga membuat perumpamaan yang mudah dipahami masyarakat. Dikatakannya bahwa setelah petani selesai membajak sawah, tetap saja ada bagian tanah di sudut sawah yang belum terbajak, yang diartikan bahwa selalu ada kekurangan meskipun cita-cita telah tercapai.

 

Sunan Kalijaga mengajarkan bahwa Pacul terdiri dari tiga bagian:

– Pertama Pacul, Ngipatake Kang Muncul: dalam mengejar cita-cita ada banyak godaan yang harus dikesampingkan.

– Kedua Bawak, Obahing Awak: cita-cita dicapai dengan berupaya dan melakukan kerja keras secara fisik.

– Ketiga Doran,Dedongo ing Pangeran, dalam mengejar cita-cita jangan lupa untuk selalu memanjatkan do’a kepada Pangeran, Tuhan yang menguasai alam fana dan baka, yaitu Allah.

 

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1430-an, dan hidup dari jaman Majapahit sampai awal berdirinya Kerajaan Mataram, sehingga usianya diperkirakan mencapai 150 tahun. Makam Sunan Kalijaga berada di Kadilangu, Demak.

Haul akbar Sunan Kalijaga dilakukan setiap tahun oleh penduduk Surowiti, yaitu pada bulan Dzulhijjah, di Hari Kamis minggu terakhir.

 

Lokasi & Rute :

 

(GPS: -6.93148, 112.45199), kira-kira 35 km dari pusat Kota Gresik ke arah Kota Lamongan.

Rute: dari Jl. Raya Bungah> belok kiri ke Jl. Raya Golokan > lanjut ke Jl. Raya Daendels > belok kiri masuk Jl. Siwalan – Surowiti (GPS: -6.92912,112.46937)>Melewati jalanan sempit, cukup untuk satu mobil, melewati hutan jati muda, kebun jagung dan tanaman kering lainnya, serta perumahan penduduk (+ 2km>Lanjut belok ke kanan setelah sekitar 2 km di jalan sempit ini> lanjut kurang lebih 600 m, ada tanjakan di kaki bukit (GPS -6.93495, 112.45139> lanjut mendaki bukit 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Gaib & Spiritual

Di dalam ajaran Islam di jawa terdapat empat jenis nafas yaitu nafas, anfas, anfas dan nufus. Dalam bahasa Jawa diucapkan “napas, tanapas, anpas, nupus.”...

Religi

Pada suatu kesempatan lalu , saya di perkenankan untuk singgah di Trenggalek . Memang di bulan februari kemarin, saya dapat kesempatan untuk berlibur 3...

Sastra

PUPUH I ASMARANDANA //Kasmaran panganggitgending / Basa Sunda lumayanan / Kasar sakalangkung awon / Kirang tindak tatakrama /Ngarang kirang panalar / Ngan bawining tina...

Wisata

Pantai Pucang sawit secara administratif berada di Desa Pucanglaban kec. Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Desa Pucanglaban berada di pesisir Samudera Hindia yang dipenuhi oleh...

Translate »