Connect with us

Hi, what are you looking for?

Sastra

Suluk Wujil Sunan Bonang

 

Mengetahui diri,
Mengenal hidup dan kehidupan,
Mengenal hubungan dari akal, hati, ucapan dan tindakan..

 

 

Mengenali alam semesta dari dalam diri,
Ibarat mengenal shalat,
Jangan lakukan salat,
Andai tiada tahu siapa yang dipuja,
Bilamana kaulakukan juga,
Kau seperti memanah burung,
Tanpa melepas anak panah dari busurnya,
Jika kaulakukan akan sia-sia,
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata..

 

 

Ibarat berdzikir siang dan malam,
Jika tidak dibimbing petunjuk Tuhan,
Zikirmu tidak sempurna,
Zikir sejati tahu bagaimana datang dan perginya nafas,
Di situlah Yang Ada, memperlihatkan
Hayat melalui yang empat..

 

 

“Yang empat ialah tanah atau bumi,
Lalu api, udara dan air..”

 

 

Ketika Allah mencipta Adam,
Didalamnya dilengkapi Anasir ruhani yang empat,
Di dalamnya delapan sifat-sifat-Nya,
Begitulah kaitan ruh dan badan,
Dapat dikenal bagaimana sifat-sifat ini datang dan pergi, serta ke mana langkah kaki..

 

 

Anasir tanah melahirkan kedewasaan dan keremajaan,
Lalu dimanakah kedewasaan dalam keremajaan, dan keremajaan dalam kedewasaan?
Api melahirkan kekuatan juga kelemahan,
Lalu dimanakah kekuatan dalam kelemahan, dan kelemahan di dalam kekuatan itu?
Sifat udara meliputi ada dan tiada
Di dalam tiada, di mana letak ada?
Di dalam ada, di mana tempat tiada?
Air dua sifatnya,
Mati dan hidup,
Di mana letak mati dalam hidup?
Dan letak hidup dalam mati?
Kemana hidup pergi ketika mati datang?
Jika kau tidak mengetahuinya,
Kau akan tersesat..

 

 

Pedoman hidup adalah mengenali hakikat diri,
Khusyuk di dalam shalat,
Dengan ini akan mengetahui tempat datangnya yang menyembah dan Yang Disembah,
Carilah hakikat diri dengan tujuan ingin mengetahui makna sejati hidup dan arti keberadaan dari hidup..

 

 

Kenalilah hidup sebenar-benar hidup,
Karena tubuh kita ibarat sangkar yang tertutup dengan burung yang ada di dalamnya,
Jika kau tidak mengenalnya,
Akan malang jadinya kau dan seluruh amal perbuatanmu,
Adalah sia-sia semata.

 

 

Karena itu sucikan dirimu,
Tinggalah dalam kesunyian,
Hindari kekeruhan dunia,
Segala pertanyaan itu tidak diberi jawaban langsung melainkan dengan isyarat-isyarat..

 

 

Keindahan itu dekat,
Ia ada dalam dirimu sendiri,
Seluruh isi jagad ada di sana,
Agar dunia ini terang bagi pandangmu,
Jadikan sepenuh dirimu Cinta..

 

 

Dunia ini hiasan,
Luluh lantak karena keserakahanmu,
Lalu, ketahui yang tidak mudah rusak,
Disinilah yang dikandung pengetahuan sempurna,
Di dalamnya kaujumpai Yang Abadi,
Sesungguhnya pengetahuan ini luas dari lubuk bumi hingga singgasana-Nya..

 

 

Dia yang mengenal hakikat,
Dapat memuja dengan benar,
Selain yang mendapat petunjuk ilahi sngat sedikit orang mengetahui rahasia ini.

 

 

Karena itu, kenali dirimu,
Kenali dirimu yang sejati,
Ingkari benda dan keduniaan,
Agar nafsumu tidur terlena,
Dia yang mengenal diri,
Nafsunya akan terkendali dan terlindung dari jalan yang sesat dan kebingungan.

 

 

Mengenal diri, tahu kelemahan diri,
Selalu awas terhadap tindak tanduknya.

 

 

Bila kau mengenal dirimu,
Kau akan mengenal Tuhanmu,
Orang yang mengenal Tuhan,
Bicara tidak sembarangan,
Ada yang menempuh jalan panjang dan penuh kesukaran sebelum akhirnya menemukan dirinya.

 

 

Dia yang tidak membiarkan dirinya sesat di jalan kesalahan,
Jalan yang ditempuhnya adalah benar.

 

 

Wujud Tuhan itu nyata,
Mahasuci,
Lihatlah dalam keheningan,
Ia yang mengaku tahu jalan sering tindakannya menyimpang,
Syariat agama tidak dijalankan,
Kesalehan dicampakkan,
Padahal orang yang mengenal Tuhan,
Dapat mengendalikan hawa nafsu,
Siang malam penglihatannya terang,
Tidak disesatkan oleh khayalan.

 

Jika seseorang memuja tidak mengetahui benar-benar siapa yang dipuja, maka yang dilakukannya tidak bermanfaat.

 

Diam dalam tafakur,
Adalah jalan utama (mengenal Tuhan),
Memuja tanpa selang waktu,
Yang mengerjakan sempurna (ibadahnya),
Jangan memuja,
Jika tidak menyaksikan Yang Dipuja,
Juga sia-sia bagi yang memuja,
Tanpa kehadiran Yang Dipuja,
Walau Tuhan tidak di depan kita,
Pandanglah adamu,
Sebagai isyarat ada-Nya,
Inilah makna diam dalam tafakur,
Asal mula segala kejadian menjadi nyata.

 

 

Hakikat murni ‘kemauan dan keinginan’,
Kemauan yang sejati tidak boleh dibatasi pada apa yang dipikirkan,
Memikirkan atau menyebut sesuatu memang merupakan kemauan murni,
Tetapi kemauan murni lebih luas dari itu.

 

 

Hakikatnya tidak dibatasi pikiran kita,
Berpikir dan menyebut suatu perkara,
Bukan kemauan murni,
Kemauan itu sukar dipahami,
Seperti halnya memuja Tuhan,
Ia tidak terpaut pada hal-hal yang tampak.

 

 

Dia yang berilmu,
Beribadah tanpa kenal waktu,
Seluruh gerak hidupnya Ialah beribadah,
Diamnya, bicaranya dan prilakunya,
Malahan getaran hatinya tubuhnya,
Beserta seluruh anggota badannya digerakkan untuk beribadah,
Inilah kemauan murni.

 

 

Kemauan itu,
Lebih penting dari pikiran,
Untuk diungkapkan dalam kata dan tulisan sangatlah sukar,
Kemauan bertindak merupakan ungkapan pikiran,
Niat melakukan perbuatan adalah ungkapan dari perbuatan,
Melakukan shalat atau berbuat kejahatan,
Keduanya buah dari kemauan.

 

 

Ratu Wahdat tersenyum lembut
“Hai Wujil sungguh lancang kau
Tuturmu tak lazim
Berani menagih imbalan tiggi
Demi pengabdianmu padaku
Tak patut aku disebut Sang Arif
Andai hanya uang yang diharapkan
Dari jerih payah mengajarkan ilmu
Jika itu yang kulakukan
Tak perlu aku menjalankan tirakat
Siapa mengharap imbalan uang
Demi ilmu yang ditulisnya
Ia hanya memuaskan diri sendiri
Dan berpura-pura tahu segala hal
Seperti bangau di sungai
Diam, bermenung tanpa gerak.
Pandangnya tajam, pura-pura suci
Di hadapan mangsanya ikan-ikan
Ibarat telur, dari luar kelihatan putih
Namuni isinya berwarna kuning

 

 

 
Matahari terbenam, malam tiba
Wujil menumpuk potongan kayu
Membuat perapian, memanaskan
Tempat pesujudan Sang Zahid
Di tepi pantai sunyi di Bonang
Desa itu gersang
Bahan makanan tak banyak
Hanya gelombang laut
Memukul batu karang
Dan menakutkan
Sang Arif berkata lembut
“Hai Wujil, kemarilah!”
Dipegangnya kucir rambut Wujil
Seraya dielus-elus
Tanda kasihsayangnya
“Wujil, dengar sekarang
Jika kau harus masuk neraka
Karena kata-kataku
Aku yang akan menggantikan tempatmu”
“Ingatlah Wujil, waspadalah!
Hidup di dunia ini
Jangan ceroboh dan gegabah
Sadarilah dirimu
Bukan yang Haqq
Dan Yang Haqq bukan dirimu
Orang yang mengenal dirinya
Akan mengenal Tuhan
Asal usul semua kejadian
Inilah jalan makrifat sejati”
Kebajikan utama (seorang Muslim)
Ialah mengetahui hakikat salat
Hakikat memuja dan memuji
Salat yang sebenarnya
Tidak hanya pada waktu isya dan maghrib
Tetapi juga ketika tafakur
Dan salat tahajud dalam keheningan
Buahnya ialah mnyerahkan diri senantiasa
Dan termasuk akhlaq mulia

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Gaib & Spiritual

Di dalam ajaran Islam di jawa terdapat empat jenis nafas yaitu nafas, anfas, anfas dan nufus. Dalam bahasa Jawa diucapkan “napas, tanapas, anpas, nupus.”...

Religi

Pada suatu kesempatan lalu , saya di perkenankan untuk singgah di Trenggalek . Memang di bulan februari kemarin, saya dapat kesempatan untuk berlibur 3...

Sastra

PUPUH I ASMARANDANA //Kasmaran panganggitgending / Basa Sunda lumayanan / Kasar sakalangkung awon / Kirang tindak tatakrama /Ngarang kirang panalar / Ngan bawining tina...

Wisata

Pantai Pucang sawit secara administratif berada di Desa Pucanglaban kec. Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Desa Pucanglaban berada di pesisir Samudera Hindia yang dipenuhi oleh...

Translate »