Sejarah singkat terwujudnya logo Paguyuban Sekarjagad
Mulanya adalah Padepokan Sekarjagad, nama ini turun di Pengging ketika saya dan kang Sapta Geni tirakat di sana 12 tahuh yang lalu. Beberapa bulan kemudian setelah berdiri, memiliki banyak murid dan terbentuk dewan guru aktif. Saya sebut aktif karena setiap hari kumpul menjalankan kegiatan. Sejak awal berdiri, rencana pembuatan logo sudah muncul sebagai pelengkap perijinan dan papan nama. Namun berbulan-bulan tidak ada yang cocok. Sampai suatu ketika saya ajak para dewan guru untuk mohon petunjuk, ini juga berbulan-bulan belum menemukan.
Suatu hari ada pasien orang pinter, dia menceritakan bagaimana cara dia sukses. Salah satu kuncinya adalah dimana do’a itu di ucapkan. Maka diperlihatkanlah caranya, saat Ning dan Sukma telah aktif, di arahkan ke atas tidak terfokus tapi agak menyebar. Maka perlahan akan terbentuk tangga mirip dengan gambar kode DNA terdiri dari titik-titik bintang. Itulah tangga ke atas, sukmanya naik, naik terus meski melewati berbagai lapisan langit, sampai ujung tangga dimana pijakan hanya bintang lalu naik lagi sehingga tidak nampak lagi bintang. Yang ada hanya dua titik cahaya, satu putih satunya kuning agak kecil. Di sanalah tempat bersujud dan mengucapkan do’a.
Setelah itu turun dan masuk lagi ke dalam raga. Saat mencoba sendiri di hari yang lain, yang menarik adalah karena di setiap lapisan langit selalu ada satu bunga yang sama dengan warna yang berbeda-beda. Esoknya saya berangkat lebih pagi dan segera membuat sketsanya, ternyata dewan guru yang lain juga datang lebih pagi dan membawa sketsa. Ada yang mau menyampaikan apa yang di dapat semalam dalam meditasi mereka, semua mengarah ke bentuk kembang yang sama. Membuat bentuk fisiknya tidak lama, yang lama adalah menentukan warnanya, karena di setiap lapisan langit, hanya dari satu warna yang berpendar. Mau warna dari lapisan langit ke berapa belum ada kesepakatan.
Sampai Paguyuban Sekarjagad hijrah ke Surabaya, logo ini belum mendapatkan warna yang tepat. Tahun kedua setelah di Surabaya, satu persatu warna menampakkan diri, sekitar 2 tahun kemudian baru komplit. Itu baru warna, belum backgroundnya. Di langit yang dominan adalah biru, maka saya coba dan bisa di terima, ini bertahan beberapa tahun. Lalu dalam perkembangannya seiring makin banyaknya ilmu dan makin beragamnya latar belakang murid yang belajar, ada petunjuk untuk merubah warna dasar menjadi hitam. Bertahan sekitar 5 tahun, terbaru turun wisik untuk merubah image Padepokan menjadi Paguyuban seiring dengan tantangan yang di hadapi, bersamaan dengan itu cahaya kuning dari kembang supaya di sertakan, seperti yang terlihat di langit lapis…. (sensor). Perubahan terbaru bertepatan 10 tahun sejak didirikan. Apakah nanti ada perubahan lagi..? Allahu Alam.
Sampai sekarang, kembang ini masih bisa ditemui di setiap lapisan langit, yang didalam bumi warnanya hitam. Karena itu auranya angker, tidak indah. Semua ghaib pasti tahu kembang ini, namun bagaimana dayanya “otomatis” akan muncul setelah di cetak atau di buat, itu masih misteri.
Catatan:
Yang ditemui di atas, hanya kembang saja, tidak ada tempat meditasinya, saat pertama kali sketsa di buat, di suruh menyediakan tempat “kosong” di kelopak bunga sebagai tempat kita meditasi. Jadi itu bukan gambar orang meditasi, tapi tempat kita meditasi.
Guru Besar Paguyuban Sekarjagad
Romo Sidharto Haryo Pusoro & Romo Sapta Geni
