Connect with us

Hi, what are you looking for?

Gaib & Spiritual

Perjalanan Sesirih

Perjalanan Sesirih

Ketika dihadapkan pada tantangan jaman, bahwa orang yang belajar ilmu ghaib tidak lagi punya waktu lama untuk prosesi, juga tidak sanggup lagi melakukan dzikir, wirid, puasa tapa brata dalam waktu yang lama. Maunya datang dan langsung bisa dalam waktu sesingkat-singkatnya. Sebagian guru spiritual angkat tangan dan mengatakan bahwa “itu tidaklah mungkin terjadi.”

Sebagian besar “ngakali” dengan cara memasukkan jin ke dalam tubuh peserta. Melalui sesuatu yang dimasukkan kebadan, dimakan atau ditelan. Saya dan kang Sapta Geni memilih naik ke sanggar pamujan, memohon petunjuk atas tantangan jaman ini. Salah satu “guru” rawuh dan memberi petunjuk, beliau mengatakan “Lama itu kan waktunya manusia, ya jangan gunakan waktunya manusia jika ingin cepat belajarnya”.

Dalam artikel ini akan terungkap “rahasia,” bahwa kenapa di PSj bisa menguasai ilmu ghaib dalam waktu yang SANGAT singkat! xixixi…. Menemukannya memang susah. Berhari-hari kami tidak juga menemukan maksud dari petuah tersebut. Sampai suatu malam beliau datang lagi dan memberikan petunjuk berikutnya; “Tidak akan mungkin apabila ilmu ghaib bisa dikuasai dengan cepat di alam manusia”. Hampir 2 bulan kami belum juga mengetahui maksudnya.

Sampai suatu malam beliau datang lagi dan mengatakan, “Manusia kok ingin belajar ilmunya ghaib, mana bisa.” Petunjuk beliau ini malah bikin puyeng, “Yen sing sinau ragane manungso, iku aran kanuragan,Yen sing sinau bathine manungso,iku di arani kebhatinan utowo kasepuhan, yo kuwi ilmu ghaib sing sak temene…” (jika yang belajar jasmaninya manusia, itu namanya tenaga dalam, jika yang belajar bathinnya manusia, itu namanya kebathinan atau kasepuhan, itulah yang di namakan ilmu ghaib yang sesungguhnya).

Petunjuk semakin jelas namun belum menjawab permasalahan. Petunjuk paling jelas adalah ketika beliau menjelaskan, “Ilmu ghaib itu, yang belajar adalah ghaib (ghaibnya manusia/sesuatu yang berada di dalam dirinya manusia), yang mengajar adalah ghaib (ghaibnya guru pembimbing) dan belajarnya di alam ghaib”. Dengan demikian kita tidak lagi bermasalah dengan keterbatasan manusia (raga), termasuk tidak bermasalah dengan waktu manusia. Aplikasinya atau bagaimana teknik pelaksanaannya masih belum, karena harus bisa dilaksanakan, bukan sekedar teori belaka. Pelaksanaannya tidak mudah dan menemukan metodenya amat rumit. Karena petunjuk yang ada belum cukup untuk juklak. InsyaAllah tuntas sampai teknik pelaksanaannya.

Disini diceritakan bertahap, bagaimana dari wisik yang mentah bisa menjadi ilmu yang runut sehingga bisa dilaksanakan oleh semua orang. Bahwa belajar dalam waktu singkat itu bukan berarti instant. Kami (saya dan kang Sapta Geni) makin semangat untuk menggali, menemukan makna dari petunjuk yang diberikan. Biasanya setelah pulang kerja yang jadi pertanyaan adalah, “Pergi kemana kita malam ini?”

Beruntung tempat kerja kami ada diwilayah Yogya sampai Solo Boyolali sehingga tempat keramat tidak ada habisnya. Tepatnya sendang dimana saya lupa, tapi ada yang bercerita sebagai berikut;

“Ada seorang pemuda yang pulang dari pasar membeli ketan untuk dibawa pulang. Ketika melintasi sebuah sungai, dia tergoda untuk mandi, dikarenakan dia melihat air sungai yang begitu jernih. Dengan begitu maka dia langsung melepaskan bajunya dan meletakkan bungkusan ketan tersebut di atas batu. Dia langsung mandi dan membenamkan dirinya ke dlm air, lalu tiba-tiba dia didatangi oleh seorang lelaki tua berjenggot panjang dan memegang sebuah tongkat kayu di tangannya.

Lalu pemuda itu diajak mampir ke rumahnya, entah mengapa pemuda tersebut mau saja mengikuti permintaannya, lalu dia mengikuti kakek tua tersebut. Begitu sampai di sana, ternyata rumahnya besar dan begitu indah sekali. Maka dijamulah dia di sana dan diperkenalkanlah dia dengan anak perempuannya yang cantik jelita.

Seketika itu pemuda tersebut langsung jatuh cinta kepadanya. Oleh karena itu lelaki tua tersebut menawarkan, bagaimana kalau tinggal disini saja dan menjadi menantuku. Melihat kondisi yang begitu menguntungkan lalu dia menyanggupinya untuk tinggal disitu, dan menikah dengan putrinya. Setelah sekian lama dia disana lalu dia mempunyai seorang anak laki-laki. Ketika anaknya sudah mulai besar, maka sudah waktunya untuk di khitan. Dia lalu teringat orang tuanya dan bermaksud mengundang diacara khitanan tersebut.

Mulanya tidak diperkenankan oleh mertua dan istrinya. Tapi karena berkeras ingin membagi kebahagiaan dengan orang tuanya, maka dikabulkanlah permintaannya itu, dan diperbolehkan untuk memberi kabar ke orang tuanya.

Begitulah, maka dia nyembul ke permukaan air, dia heran melihat di sekelilingnya. Lho, saya kok sedang mandi? Tadi kan saya di sebuah rumah yang indah. Ingatannya langsung pulih kembali ketika dia melihat tumpukan pakaiannya di atas batu. Lalu bergegas dia naik dan mengenakan pakainnya kembali serta mengambil bungkusannya. Lha kok ternyata ketannya masih hangat thooo?! Dia bilang begitu, lalu apa ya yang tadi saya alami itu, waaahhh, gawat ini, lariiiiiiii…

Lalu tanpa berpikir panjang pemuda tersebut langsung berlari dengan cepat seperti di kejar hantu…”

Cerita di atas tersebut seolah titik terang dari pencarian kami selama ini. Maka mulailah kami bereksperimen. Kalau tadinya kami mengamati sosok ghaib, sekarang kami mencoba menyelam lebih dalam lagi. Maka terlihatlah pemandangan yang selama ini belum pernah dilihat. Hanya terlihat saja seperti melihat tv, sampai disitu mentok.

Bagaimana bisa untuk “masuk” kesana yaa ? Banyak orang kami tanyai, tapi tidak ada yang bisa menunjukkan jalan ke sana dengan tepat. Murid-murid yang sudah belajar pastinya tidak menyangka, bahwa untuk “menemukan” cara masuk ke alam ghaib tidaklah mudah, perlu laku dan ujian.

Sebagai catatan, sebelum saya mendapat petunjuk, selalu diawali dengan turunnya ujian kesabaran yang sangat berat. Untung kang Sapta Geni selalu menenangkan dan mengingatkan bahwa ini adalah sebuah ujian. Sabar meski harga diri dinjak-injak, kalau sampai emosi berarti sebuah kegagalan. Ceritanya masih panjang, InsyaAllah bermanfaat.

Artikel ini bisa dibilang “kitab teles” dan perjalanan spiritual menemukan ilmu PSJ. Sehingga setidaknya murid-murid lebih menghargai ilmu yang telah di dapatkannya. Ilmunya belum bisa dibukukan. Memang ilmu PSJ tidak dituliskan, namun diturunkan dari mulut ke mulut. Makanya saya pilah menjadi beberapa bagian.

Bagi yang langsung belajar dengan saya, berarti dia angkatan pertama, yang belajar dari murid angkatan pertama, adalah murid angkatan kedua, begitu seterusnya. Pasti ada perbedaannya, bahkan sesama murid angkatan pertama juga tidak sama. Karena perjalanan spiritual setiap murid berbeda-beda.

Suatu malam saat meditasi di sebuah “umbul” di Klaten, saya merasa ada yang mengawasi dari belakang. Ternyata Eyang Ismoyo. Sepertinya beliau tersenyum simpul dan geli melihat kami yang kesulitan menemukan cara untuk memasuki alam ghaib. Lalu beliau bilang, “Manusia kok ingin masuk ke alam ghaib, mana bisa keh keh keh…” Begitu saja beliau seolah lenyap sebelum kami sempat bertanya maksud dari perkataannya itu apa.

Bukankah kami tadi menggunakan sukmo untuk masuk ke alam ghaib? Kenapa kok dibilang manusia? Sulit sekali untuk memahami maksudnya. Coba deh, direnungkan apa maksudnya. Biar tahu, betapa sulitnya mendapatkan ilmu tanpa guru hidup itu. Bagaimana sih saya bisa keluyuran dan “ditemui” oleh murid-murid bahkan member yang belum jadi murid pun bisa ketemu saya. Itu setelah saya memahami perkataan/ maksud dari Eyang Ismaya tersebut. Kami berusaha keras untuk memahami kalimat beliau, karena memag tidak ada guru yang membimbing kami. Memerlukan waktu lebih dari sebulan untuk menemukan maknanya.

Karena tidak juga menemukan jawaban dari petunjuk beliau, maka dengan amat sangat terpaksa kami mohon kehadiran Eyang. lalu beliau berkata “Kesalahan utama kalian adalah, bahwa kalian masih menganggap diri kalian sebagai manusia seutuhnya saat hendak memasuki alam ghaib.” Itulah kata beliau tanpa menampakkan dirinya. Pelajaran berat kalau tidak diendapkan dalam bathin dulu, maka akan sulit dimengerti. Karena bisa dibilang ini tahap yg mendebarkan dlm pencarian ilmu.

Kami berangkat agak malam karena tujuannya tidak jauh, yaitu ke Pengging. Setelah ziaroh, berbekal Laku Kidang Kencono warisan simbah, kaki saya dibimbing melangkah ke sisi selatan kompleks pemakaman keraton tersebut. Ada beberapa makam di bangunan tua itu (cerita lengkapnya mungkin di artikel yang lain).

Singkatnya, sampailah kami ditemui oleh Eyang Sapu Jagad. Beliau duduk bersila mengambang kira-kira 40 cm dari lantai dihadapan kami. Setelah basa-basi, dialog mengarah ke petunjuk yang diberikan oleh Eyang Ismoyo.

“Bagini ngger, Tuhan telah menetapkan banyak hukum di alam semesta ini, dan semua harus patuh. Tidak semua hukum diketahui oleh manusia, kecuali hukum mengenai diri manusia. Memang benar bahwa manusia itu paling sempurna dan semua makhluk harus menghormati hukum itu. Memang benar manusia itu berkuasa. Memang benar manusia bisa melakukan segala-galanya. Memang benar bahwa manusia itu adalah utusan Tuhan dengan banyak keistimewaannya.

Tapi hal itu membuat manusia menjadi superior, tinggi hati, angkuh dan sombong pada makhluk yang lain. Pada akhirnya “dibutakan” dari hukum yang lain, hukum yang tidak sampai pada manusia. Ketika kalian mencoba memasuki dimensi yang lain dari alam ini, kalian masih menganggap diri kalian sebagai manusia dengan segala kelebihannya dibandingkan mahluk yang lain, berhasilkah? Tentu tidak ngger.

Alam ini ada banyak sekali, dan manusia “hanya” berkuasa di alam manusia saja. Bukan di alam yang lain. Hukum yang berlaku “tidaklah sama” itulah yang belum kalian pahami. Kalian bisa mengalahkan jin ketika jin itu ada di alam manusia. Karena hukumnya memag begitu, tapi apakah kalian bisa mengalahkan jin di alam jin? Belum tentu ngger.”

Beliau membiarkan kami merenungkan apa yang barusan disampaikan. Dan dengan perlahan beliau lenyap begitu saja. Kesimpulan kami yaitu, yang menghambat sehingga tidak bisa masuk ke alam ghaib adalah, “sifat kamanungsan .” Termasuk keinginan untuk bisa masuk ke alam ghaib. Itu akan sulit dihilangkan selama masih menjadi manusia atau selama masih hidup.

Dari situasi inilah terbentuk gagasan bagaimana caranya mematikan hidup atau mematikan raga ini, dan sekarang menjadi teknik Patiraga. Cara yang kami kembangkan memang tanpa fokus, bahkan tanpa keinginan. Kalau saya yang mengajar patiraga rata-rata satu menit saja. 60 detik itu efektifnya sekitar 30-40 detik selebihnya menemukan ning. 30-40 detik di alam ghaib sudah sangat banyak yang dipelajari. Cukup untuk menembus langit atau masuk ke perut bumi. Cukup lama untuk berbincang berbagai hal dengan penghuni alam ghaib. Lebih dari 2 menit malah kacau.

Yang lama adalah pelajaran tentang pemahamannya. Yang umum terjadi adalah, ketika mereka sudah benar-benar tahu alam ghaib dan para penghuninya. Mereka akan heran dengan apa yang telah dilihatnya. Terkadang mereka tidak percaya, karena tidak seperti yang selama ini dibacanya. Tidak juga seperti yang diceritakan orang-orang. Tidak juga seperti yang diperdebatkan selama ini.

Oleh karena itu, jika ada orang yang mengatakan ini dan itu, saya tanyakan “Kata siapa?” Kalau dia menjawab, “Saya tahu sendiri”, maka saya bisa amini. Namun jika itu “Katanya,” jangan dipercaya. Termasuk “jangan percaya sama saya” sebelum membuktikannya sendiri. “Ingat ya, yang memasuki alam ghaib itu sukma, bukan manusia. Oleh karena itu, jangan berlagak seperti manusia.”

Nasehat itu beberapa kali beliau sampaikan. Kalau dulu saya memang pakai fokus (sebelum PSj). Latihannya, pandang satu titik sampai menjadi 2, dipandang terus sampai menjadi 3. Sebelumnya yaitu latihan pandang cermin kuat-kuatan, lalu memandangi lilin sampai apinya bisa di goyang dan sampai apinya bisa mati.

Dengan metoda itu bisa juga tembus, pernah juga dengan amalan dan bisa tembus juga. Tetapi melelahkan dan terkesan pemaksaan. Dan yang bisa ditembus hanya terbatas. Kalau sdh ON, terasa nyaman dan tenang, tidak lebih dari 1 menit, dan tidak ngorok, karena kalau ngorok berarti ketiduran. Harus tetap eling lan waspada.

(By ROMO SIDHARTO HARYO PUSORO)

Baca Juga Dongeng Perjalanan Sesirih

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Gaib & Spiritual

Di dalam ajaran Islam di jawa terdapat empat jenis nafas yaitu nafas, anfas, anfas dan nufus. Dalam bahasa Jawa diucapkan “napas, tanapas, anpas, nupus.”...

Religi

Pada suatu kesempatan lalu , saya di perkenankan untuk singgah di Trenggalek . Memang di bulan februari kemarin, saya dapat kesempatan untuk berlibur 3...

Sastra

PUPUH I ASMARANDANA //Kasmaran panganggitgending / Basa Sunda lumayanan / Kasar sakalangkung awon / Kirang tindak tatakrama /Ngarang kirang panalar / Ngan bawining tina...

Wisata

Pantai Pucang sawit secara administratif berada di Desa Pucanglaban kec. Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Desa Pucanglaban berada di pesisir Samudera Hindia yang dipenuhi oleh...

Translate »