Bulan nampak hampir sirna dari pemandangan langit. Suara gemericik air jatuh membasahi beberapa jalanan di Surabaya. Tepatnya di daerah Ngagel Tirto. kami seringkali melakukan pertemuan sederhana. Mungkin hanya sekedar ngopi ataupun makan gorengan. Tepat pada pukul 22.00 kami semua berkumpul. Membahas hal-hal yang menggelitikan perut, “Kopinya sudah cukup atau masih kurang,” celoteh Pak Zainal yang terkenal dengan senyumnya yang ramah. Sebagai tuan rumah yang baik, Pak Zainal selalu menyuguhkan hidangan – hidangan yang sangat istimewa karena beliau adalah sosok orang yang suka bersosialisasi. Tahu goreng yang di hidangkan masih hangat itu tak ayal 10 menit sudah hampir habis.
Jarum jam menunjukan hampir pukul 23.00. Sambil ngobrol ngalor-ngidul, tak terasa sudah sampir separuh sajian yang di hidangkan bablas. Suasana malam juga sudah mulai agak mendukung yang pada akhirnya kami membakar dupa sebagai sesajian pada ghaib di sekitar rumah tuan rumah. Karena suhu Ain adalah spesialis dupa, jadi kemana-mana tidak pernah lupa membawa dupa. Kita memang harus welas asih kepada sesama makhluk ciptaan-Nya sebagai wujud rasa syukur kita karena diciptakan lebih sempurna dibanding makhluk lain.
Tak berselang lama beberapa ghaib muncul, mungkin beliau penasaran siapa yang membakar dupa malam ini. Satu-persatu mereka kami persilahkan mencicipi hidangan yang ala kadarnya. Sambil tersenyum mereka mengucapkan rasa terima kasih karena sudah di suguhkan hidangan yang sederhana.Tak ayal pada akhirnya aroma dupa ini mengundang beberapa simpatik makhluk ghaib, tidak puluhan bahkan ratusan yang hadir pada malam itu.
Detik waktu terus berputar, posisi langit sudah cerah dari rintikan air hujan. Dan semakin malam suasana semakin mistis. Ada beberapa ghaib yang kami sempurnakan karena ulah manusia yang jahil. Pada akhirnya kami melakukan proses mediumisasi kepada danyang di daerah Ngagel ini. Proses mediumisasi yang pertama oleh mas Wahyu sebagai mediumnya. Karena takut akan terjadi apa-apa akhirnya mediumisasi gagal karena ketidak sinkronan mas Wahyu dengan ghaib tersebut. Setelah pemantapan teori, akhirinya kami putuskan dengan media suhu Ain.
Proses mediumisasi sangat lancar ketika mas Bagus memasukan danyang di wilayah Ngagel. Gerakan tangan suhu Ain menunjukkan bahwa gaib itu sudah masuk. Dengan suara yang menggelegar, “Ngopo kowe kabeh ngundang aku, ono tujuan opo?,” dengan nada kasar danyang itu berbicara. Lalu seketika itu mas Wahyu yang di sebelahnya menyauti, “Sampeyan sinten mbah?,” tanya mas Wahyu dengan sedikit gemetar. Tak berselang lama si danyang menjawab, “Gak usah takok aku iki sopo, tujuanmu opo kowe nyeluk aku?,” glegar si mbah dengan nada amarah.
Setelah bertanya panjang lebar kami memutuskan untuk menghentikan mediumisasi. Karena kalau lama kasihan dengan raga suhu Ain ini.
– FZ
